Jam Gadang di Bukittinggi Kota Wisata

Taqabalallahu Minna Waminkum, Minal Aidin Walfaizin, Mohon Maaf Lahir & Bathin. Akhirnya lebaran tahun 2008 ini berkesempatan pulang ke kampung halaman bersama anak dan istri. Dua tahun tidak pulang sudah banyak sekali perubahan di kota ini. Julukan Kota Bukittinggi adalah Kota Wisata, maka dari itu kota ini selalu ramai oleh turis lokal dan mancanegara.

Tiap tahun, baik itu Lebaran maupun tahun baru selalu di penuhi oleh warga luar kota. Kota yang sejuk dan banyak tempat wisata merupakan tujuan banyak orang. Akhirnya kota ini tidak ada bedanya dengan Jakarta yaitu terkenal dengan biang macetnya. Artinya, Kota Bukittinggi selalu macet di hari lebaran dan tahun baru :D.

Tempat wisata yang paling ramai di kunjungi adalah Wisata Panorama dan Lubang Jepang yang dapat melihat pemandangan Ngarai Sianok. Kemudian Pasar Atas Jam Gadang tempat yang sejuk untuk duduk melihat kemegahan Jam Gadang yang berlatarkan kota Bukittinggi dan gunung merapi-singgalang.

Kesempatan kali ini saya dan istri bisa masuk ke puncak Jam Gadang, hati saya senang sekali, betapa tidak, seumur-umur kecil sampai besar di Kota ini, saya belum pernah naik ke puncak Jam Gadang ini. Karena selalu tertutup untuk umum. Dulu pernah dengar karena tangga ke atas jam gadang itu lapuk di makan usia, rentan untuk naik ke atas, hingga dilarang untuk naik ke puncak untuk umum. Saat ini tangga ke puncak Jam Gadang sudah di ganti dengan tangga besi, tetapi ukurannya tetap seperti dulu (menurut orang yang pernah naik ke puncak jam gadang dengan tangga kayu) yang mana tangga sempit yang hanya cukup satu orang bisa di lalui.

Foto diatas adalah mesin jam gadang itu sendiri. Foto saat saya naik ke puncak jam gadang. Konon mesin ini cuma ada dua (2) di dunia ini. Kembarannya ada di London, Inggris. Tepatnya di menara Big Ben London. Mesin ini dibuat di Jerman. Dari bahasa dan tulisan yang tercetak di mesin dan lonceng merupakan bahsa jerman.

Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun.

Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota). Pada masa penjajahan Belanda, jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan, sedangkan pada masa pendudukan Jepang, berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau.

Ukuran diameter jam ini adalah 80 cm, dengan denah dasar 13×4 meter sedangkan tingginya 26 meter. Pembangunan Jam Gadang yang konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden ini, akhirnya menjadi markah tanah atau lambang dari kota Bukittinggi.

Ada keunikan dari angka-angka Romawi pada Jam Gadang ini. Bila penulisan huruf Romawi biasanya pada angka enam adalah VI, angka tujuh adalah VII dan angka delapan adalah VIII, Jam Gadang ini menulis angka empat dengan simbol IIII (umumnya IV). Keanehan ini belum tau penyebabnya kenapa huruf tersebut simbol angka romawi 4 di tulis dengan III. Foto dibawah adalah foto di puncak Jam Gadang, kelihatan pemandangan Gunung Merapi yang diselimuti awan. Semoga tahun depan punya kesempatan untuk balik kesana.

13 thoughts on “Jam Gadang di Bukittinggi Kota Wisata”

  1. 1. Pulang kampung Enak yah…, langsung aja deh…. “Oleh-olehnya mana ?”
    2. Salaaaah…, Big Ben itu kembarannya bukan sama Jam Gadang…, Big Ben kembaran sama Little Ben kalau jam Gadang kembaran sama Jam Cilik…”Maksaa … banged”.
    3. To Other Commentators : ya..begitulah kalo nikah sama orang Padang..,pulang kampungnya jauh di Padang..xixxii….

    Reply
  2. Amiiinn Insya Alloh Tahun Depan Uda Bisa Pulang Kampung Pluss dengan Sang Istri Tercintanya…Awassss….kalo istrinya ga di ajak yachhh ???? manaa ?? emang ada ?? itu khan putrinya yach Da ??? Och Iyaaa…Tukang Photonya yaachh

    Sukses Buat Uda dan Keluarga Moga Dalam Kehidupan Ini Jiwa dan Mental Kita senantiasa Gadang Seperti halnya Jam Yang gadang itu..

    Reply
  3. baruntuang sanak bisa naik ka ateh jam gadang ko, ambo nan nak rang kik tinggi sen alun talakik naik katehno tumah.
    kalau dicaliak-caliak angko jam nan pakai huruf bantuak huruf ramawi tu indak jam gadang sen nan cando tu jam-jam lain nanpaki angko romawi iyo bantuak tu sadono, jam di rumah inyiak uci ambo bantuaktu juo angko ampek no, IIII indak IV bagai doh, mungkin itu angko swiss agakno, antahlah ..mungkin ado sanak nan tau ?.

    Reply
  4. ambo lah ampia satangah abaik umua , alun dapek lai naiak kaateh jam gadang…
    yo bana baruntuang sdr indra bisa naiak kaateh..tu.

    Reply

Leave a Reply to simplyndah Cancel reply